Review Film: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Film Pelayarputihan Yang Memukau. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang merupakan adaptasi dari novel karya Buya Hamka ini memberikan pesan moral yang sangat luar biasa. Film ini dapat menjelaskan kembali bagaimana kentalnya kebudayaan Indonesia.
Cerita dimulai dengan seorang pemuda bernama Zainuddin di Mengkasar. Zainuddin adalah anak Pandekar Sutan, orang terbuang dari Batipuh, Sumatera Barat. Pandekar Sutan dulu di usir dari Batipuh karena demi membela diri jadi membunuh mamaknya (sebutan bahasa minang untuk saudara laki2 ibu). Tapi Pandekar Sutan sebenarnya adalah orang baik, mamaknya yang membuatnya di posisi sulit sehingga terjadilah pembunuhan tak disengaja itu.
Pandekar Sutan yang baik budinya akhirnya menarik hati oleh seorang pemuka agama di Mengkasar yang kemudian menjodohkannya dengan anaknya. Pandekar Sutan menikah dan memiliki anak Zainuddin, tapi istrinya meninggal karena sakit sejak Zainuddin 9 bulan. Zainuddin akhirnya berangkat ke Batipuh. Dengan semua bayangan indah2 tentang minangkabau seperti yang diceritakan ayahnya.
Ketika sampai di Batipuh, memang benar keindahan minangkabau menarik hatinya, tetapi sayangnya ketika dia datang kesana, dia anggap orang lain, bukan saudara sekandung. Karena adat minang yang matrilineal berdasarkan garis keturunan ibu, yg tidak dilahirkan dari ibu orang minang, dianggap bukan orang minang dan tidak bersuku. Walaupun ayahnya adalah Pandekar Sutan, Zainuddin tetap tidak dianggap saudara seutuhnya. Jadi dia tinggal di saudaranya yang sebenarnya mau menerimanya hanya karena dia memberikan uang untuk tambahan biaya hidup yang berasal dari kiriman Mak Base nya di Mengkasar.
'Hai upik, baru kemaren kau memakan garam dunia, kau belum tahu belit-belitnya. Bukanlah kau sembarang orang, bukan tampan Zainuddin itu jodohmu.
Orang yang begitu tak dapat untuk menggantungkan hidupmu, pemenung, pehiba hati, dan kadang-kadang panjang angan2. Di zaman sekarang haruslah suami penumpangkan hidup itu seorang yang tentu pencaharian, tentu asal usul. Jika perkawinan dengan orang yang demikian langsung, dan engkau beroleh anak, kemanakah anak itu akan berbako? Tidakkah kau tahu bahwa gunung merapi masih tegak dengan teguhnya? Adat masih berdiri dengan kuat, tak boleh lapuk oleh hujan, tak boleh lekang oleh panas?' Ini buku terakhir yang saya baca di tahun 2014, dan ini adalah buku TERBAIK yang saya baca di tahun ini. Ceritanya selalu keep suprising hampir di tiap babnya.
![Tenggelamnya kapal van der wijck full movie Tenggelamnya kapal van der wijck full movie](/uploads/1/2/5/4/125498680/728992267.jpg)
Mungkin karena ini dulunya adalah cerbung di koran, jd tiap bagian selalu ada jalan crita yang klimak dan menarik. Caritanya kereeen, endingnya juga keren, dan berhasil membuat saya nangis bombay terakhirnya. Perasaan cinta dan pergolakan batinnya juga ngena banged, kalau mereka ga inget agama, udah berkali2 kayanya mereka mau bunuh diri. Memang kalau orang minang, terutama pada masa itu, wanita lebih banyak pake baju kurung.
Saat Hayati ke Padang Panjang, memang dibukunya dia tidak memakai baju kurung dan selendang seperti biasa, tetapi kebaya pendek (beda lah kebaya pendek sama dress tdk berlengan kaya di filmnya). Karena adat di minang ya yg terkenal dengan ' adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah' (adat berdasarkan Islam dan kitab Allah), bahkan sampai sekarang pun, jarang sekali saya lihat orang lalu lalang di Padang Banjang pake baju tak berlengan, kalaupun ada biasanya cuma anak2 atau orang2 dari kuar kota. Jadi wajar kalau sempat diprotes gitu. Harusnya kalau mau bikin film bikin reasearch dulu lah setidaknya yaa. Ini buku kedua karya buya Hamka yang aku baca.
Pertama baca 'dibawah lindungan ka'bah' itu smp, meski agak berat untuk anak smp saat itu. Tapi aku membacanya, yang aku ingat banyak surat diceritanya, aku nangis dan susah move on. Aku pinjam buku itu dari perpustakaan sekolah apa daerah ya, aku lupa. Tapi aku juga membaca buku 'tenggelamnya kapal van der wijck' itu saat kelas 2 sma, tahun 2007 atau 2008 an. Sampulnya berbeda dengan yang kaka punya.
Menurutku sampul buku yang aku baca mewakili isinya. Gambar laut yang berombak-ombak dengan kapal kecil ditengahnya. Warnanya ungu apa biru, gelap gitu. Tulisannya kuning. Dan aku juga dibuat baper sama karya beliau yang ini juga.
Aku juga dapat pinjam dari perpus sekolah. Dan kedua buku tersebut sudah difilmkan, tapi aku kurang berminat untuk menontonnya. Karena biasanya yang buku lebih menarik dan kompleks. Kadang biasanya yang ada dibuku itu tidak semua dituangkan.